Rabu, 25 Februari 2009

Sedia Kerang Rebus

Sedia Kerang Rebus
“Mengubah Pasir Menjadi Mutiara”

Suatu hari yang sendu seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh kepada ibunya. Sebutir pasir tajam bagai belati memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.

Anakku, kata sang ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan kepada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga ibu tidak bisa menolongmu. Sakit sekali, ibu tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Jadi, kuatkan hatimu, nak. Jangan lagi terlalu lincah. Karahkan semangatmu melawan rasa ngilu. Tegarkan jiwamu melewati rasa nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat anakku, kata ibunya dengan pilu tetapi penuh kelembutan.

Anak kerang mencoba nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa perih bukan alang kepalang. Kadang kala, ditengah rasa sakitnya, ia meragukan nasihat bundanya. Tetapi tidak ada pilihan lain. Ia terus bertahan. Dan dengan banyak air mata ia terus tegar, mengukuhkan hati, menguatkan jiwa, bertahun-tahun lamanya.

Tetapi, tanpa disadarinya, sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Kian lama kian bulat. Dan rasa sakit pun semakin berkurang. Mutiara it uterus semakin berbentuk. Kini, bahkan rasa sakitnya sudah mulai terasa biasa. Dan ketika masanya tiba, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, akhirnya terbentuk dengan sempurna.

Penderitaannya berubah menjadi mahkota. Air matanya menjadi harta berharga. Kristal penderitaannya kini, menjadi perhiasan mahal bergengsi tinggi di leher-leher indah para perempuan kaya nan jelita.

Dirinya kini, sebagai bentukkan derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lainya yang Cuma menjadi santapan orang-orang dipinggir jalan dibawah tenda-tenda yang bertuliskan “Sedia Kerang Rebus”.



Jansen H. Sinamo.
“Mengubah Pasir Menjadi Mutiara” bagaimana para maestro membangun Motivasi Superioir.
Mahardika, Jakarta 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar